Imagologi: Strategi Rekayasa Teks
Judul: Imagologi: Strategi Rekayasa Teks
Penulis: Hudjolly
Penerbit: Ar-Ruzz Media, 2011
Isi: 242 halaman (1 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF
Imagologi merupakan representasi visual dan naratif, jadi yang dikedepankan adalah citra, mediumnya adalah media massa. Iklan-iklan komersial dan propaganda ideologis, menurut Milan Kundera, merupakan bagian dari satu aturan yang sama, yakni: imagologi. Kata ini mencakup “agensi periklanan juga manajer kampanye politik”. Imagologi-imagologi menciptakan citra atau imaji (image) bisa dalam suatu rentang waktu yang pendek dan singkat. Imagologi membuat massa tidak bisa lagi membedakan mana yang nyata, mana yang “tidak nyata”. Semuanya dilihat sebagai suatu “kenyataan”. Imagologi dapat ditemui dalam bidang-bidang, misalnya politik atau keagamaan. Imagologi digunakan semata-mata untuk kepentingan tertentu.
Untuk mencapai kepentingan tersebut, digunakanlah perantara-perantara (medium-medium). Pemakaian medium-medium tersebut bukan dimaksudkan untuk memudahkan tersampaikannya pesan-pesan, melainkan bagaimana agar suatu pesan pesan dapat menempati layar-layar, menguasai medium-medium itu, dan menjadi isi dari medium.
Dalam bidang keagamaan, corak pengidentikan massal tersebut telah melahirkan apa yang disebut “realitas imagologi religius” yang pada gilirannya akan memengaruhi pemahaman keagamaan masyarakat umum di masa berikutnya. Penciptaan realitas imagologi religius dapat ditengok dari pemilihan perlokusi pada contoh-contoh produksi medium, semacam Sabilli, Al-Futuwwah, Al-Fikr, ijtihad, dan seterusnya. Setiap medium memiliki visi dan ciri khas yang menyimpan agenda masing-masing. Tidak terkecuali medium-medium, seperti serial Hidayah (TPI, 2009), Kiamat Sudah Dekat (SCTV 2009), Para Pencari Tuhan (SCTV, 2010), dan seabreg sinetron setiap menjelang bulan puasa.
Buku ini akan mengupas imagologi sebagai rekayasa teks, terutama imagologi keagamaan. Pembahasan akan menyangkut fenomena rekayasa teks, pengenalan teks dalam studi fenomena sosial keagamaan, realitas imagologi, hubungan imagologi dan realitas keagamaan, struktur epistemik imagologi religiusitas, dan transformasi fenomena religiusitas. Penjelasan yang bernas dan gamblang penulis kiranya dapat menambah wawasan kita tentang imagologi. Akhir kata, selamat membaca.
Penulis: Hudjolly
Penerbit: Ar-Ruzz Media, 2011
Isi: 242 halaman (1 MB)
Bahasa: Indonesia
Format: Ebook PDF
Imagologi merupakan representasi visual dan naratif, jadi yang dikedepankan adalah citra, mediumnya adalah media massa. Iklan-iklan komersial dan propaganda ideologis, menurut Milan Kundera, merupakan bagian dari satu aturan yang sama, yakni: imagologi. Kata ini mencakup “agensi periklanan juga manajer kampanye politik”. Imagologi-imagologi menciptakan citra atau imaji (image) bisa dalam suatu rentang waktu yang pendek dan singkat. Imagologi membuat massa tidak bisa lagi membedakan mana yang nyata, mana yang “tidak nyata”. Semuanya dilihat sebagai suatu “kenyataan”. Imagologi dapat ditemui dalam bidang-bidang, misalnya politik atau keagamaan. Imagologi digunakan semata-mata untuk kepentingan tertentu.
Untuk mencapai kepentingan tersebut, digunakanlah perantara-perantara (medium-medium). Pemakaian medium-medium tersebut bukan dimaksudkan untuk memudahkan tersampaikannya pesan-pesan, melainkan bagaimana agar suatu pesan pesan dapat menempati layar-layar, menguasai medium-medium itu, dan menjadi isi dari medium.
Dalam bidang keagamaan, corak pengidentikan massal tersebut telah melahirkan apa yang disebut “realitas imagologi religius” yang pada gilirannya akan memengaruhi pemahaman keagamaan masyarakat umum di masa berikutnya. Penciptaan realitas imagologi religius dapat ditengok dari pemilihan perlokusi pada contoh-contoh produksi medium, semacam Sabilli, Al-Futuwwah, Al-Fikr, ijtihad, dan seterusnya. Setiap medium memiliki visi dan ciri khas yang menyimpan agenda masing-masing. Tidak terkecuali medium-medium, seperti serial Hidayah (TPI, 2009), Kiamat Sudah Dekat (SCTV 2009), Para Pencari Tuhan (SCTV, 2010), dan seabreg sinetron setiap menjelang bulan puasa.
Buku ini akan mengupas imagologi sebagai rekayasa teks, terutama imagologi keagamaan. Pembahasan akan menyangkut fenomena rekayasa teks, pengenalan teks dalam studi fenomena sosial keagamaan, realitas imagologi, hubungan imagologi dan realitas keagamaan, struktur epistemik imagologi religiusitas, dan transformasi fenomena religiusitas. Penjelasan yang bernas dan gamblang penulis kiranya dapat menambah wawasan kita tentang imagologi. Akhir kata, selamat membaca.