Polarising Javanese Society: Islamic and Other Visions

Gambar Produk 1
Promo
Terlaris
Rp 10.000 Rp 5.000
Judul: Polarising Javanese Society: Islamic and Other Visions
Penulis: M. C. Ricklefs
Penerbit: Brill, 2007
Tebal: 315 halaman (8 MB)
Bahasa: Inggris
Format: Ebook PDF

Pada awal abad kesembilan belas, Islam telah menjadi elemen keagamaan dalam identitas Jawa. Tapi ini adalah jenis Islam tertentu, yang di sini disebut 'sintesis mistik'. Mistisisme Jawa ini mempunyai tiga ciri yang menonjol: Orang Jawa berpegang teguh pada identitasnya sebagai umat Islam, mereka menjalankan kewajiban ritual dasar keyakinan, namun mereka juga menerima kenyataan kekuatan spiritual lokal.

Selama abad ke-19, kekuasaan kolonial, tekanan penduduk, dan reformasi Islam semuanya melemahkan 'sintesis mistik' ini. Umat ​​Muslim yang saleh menjadi terpecah di antara penganut sintesis tersebut, para reformis yang menuntut cara hidup yang lebih ortopraks, para sufi yang melakukan reformasi, dan mereka yang percaya pada ide-ide mesianis. Muncul kategori baru masyarakat Jawa, yaitu masyarakat yang menolak reformasi Islam dan mulai melemahkan identitas keislamannya. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai abangan, yang merupakan Muslim nominal, dan mereka merupakan mayoritas penduduk. Untuk pertama kalinya, sebagian kecil orang Jawa masuk Kristen. Sementara itu, kaum elit priyayi, yaitu bangsawan di Jawa, menganut bentuk-bentuk modernitas yang diwakili oleh penguasa mereka di Eropa dan kemajuan ilmu pengetahuan modern yang lebih luas. Bahkan ada yang menganggap masuknya orang Jawa ke Islam sebagai sebuah kesalahan peradaban, dan dalam elemen ini secara eksplisit sentimen anti-Islam mulai muncul.

Pada awal abad ke-20, kategori-kategori ini dipolitisasi dalam konteks munculnya gerakan anti-kolonial di Indonesia. Maka lahirlah identitas-identitas politik yang saling bertentangan yang melatarbelakangi sebagian besar konflik dan pertumpahan darah di Indonesia pada abad ke-20.