A Critique of Postcolonial Reason: Toward a History of the Vanishing Present
Judul: A Critique of Postcolonial Reason: Toward a History of the Vanishing Present
Penulis: Gayatri Chakravorty Spivak
Penerbit: Harvard University Press, 1999
Tebal: 464 halaman (11 MB)
Bahasa: Inggris
Format: Ebook PDF
Apakah “perang budaya” sudah berakhir? Kapan itu dimulai? Apa hubungannya dengan perjuangan gender dan dinamika kelas? Dalam pembahasan pertamanya mengenai studi pascakolonial, sebuah bidang yang ia bantu definisikan, Gayatri Chakravorty Spivak, salah satu ahli teori sastra terkemuka di dunia, mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini dari dalam wilayah pascakolonial.
“Kita tidak bisa terus-terusan berperan sebagai Caliban,” tulis Spivak; dan bukunya merupakan upaya untuk memahami dan menggambarkan peran yang lebih bertanggung jawab dari kritikus pascakolonial. A Critique of Postcolonial Reason menelusuri sosok “informan pribumi” melalui berbagai praktik budaya—filsafat, sejarah, sastra—untuk menunjukkan bahwa mereka muncul sebagai hibrida metropolitan. Buku ini membahas para feminis, filsuf, kritikus, dan intelektual intervensionis, ketika mereka bersatu dan terpecah. Mulai dari analisis Kant tentang hal-hal luhur hingga pekerja anak di Bangladesh. Secara keseluruhan, gagasan bahwa penyelundup dari Dunia Ketiga sebagai korban murni dari penindas kolonialis sangat mencurigakan: lumpur yang kita lemparkan ke nenek moyang tertentu yang tampaknya sombong seperti Marx dan Kant mungkin menjadi landasan kita berpijak.
Sebuah karya kritis yang besar, buku Spivak mendefinisikan ulang dan memposisikan kembali kritikus pascakolonial, membawanya melalui studi budaya transnasional ke dalam pertimbangan globalitas.
Penulis: Gayatri Chakravorty Spivak
Penerbit: Harvard University Press, 1999
Tebal: 464 halaman (11 MB)
Bahasa: Inggris
Format: Ebook PDF
Apakah “perang budaya” sudah berakhir? Kapan itu dimulai? Apa hubungannya dengan perjuangan gender dan dinamika kelas? Dalam pembahasan pertamanya mengenai studi pascakolonial, sebuah bidang yang ia bantu definisikan, Gayatri Chakravorty Spivak, salah satu ahli teori sastra terkemuka di dunia, mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini dari dalam wilayah pascakolonial.
“Kita tidak bisa terus-terusan berperan sebagai Caliban,” tulis Spivak; dan bukunya merupakan upaya untuk memahami dan menggambarkan peran yang lebih bertanggung jawab dari kritikus pascakolonial. A Critique of Postcolonial Reason menelusuri sosok “informan pribumi” melalui berbagai praktik budaya—filsafat, sejarah, sastra—untuk menunjukkan bahwa mereka muncul sebagai hibrida metropolitan. Buku ini membahas para feminis, filsuf, kritikus, dan intelektual intervensionis, ketika mereka bersatu dan terpecah. Mulai dari analisis Kant tentang hal-hal luhur hingga pekerja anak di Bangladesh. Secara keseluruhan, gagasan bahwa penyelundup dari Dunia Ketiga sebagai korban murni dari penindas kolonialis sangat mencurigakan: lumpur yang kita lemparkan ke nenek moyang tertentu yang tampaknya sombong seperti Marx dan Kant mungkin menjadi landasan kita berpijak.
Sebuah karya kritis yang besar, buku Spivak mendefinisikan ulang dan memposisikan kembali kritikus pascakolonial, membawanya melalui studi budaya transnasional ke dalam pertimbangan globalitas.